Jakarta darurat banjir, tingginya intensitas hujan dan kiriman banjir dari wilayah Bogor ditambah dengan buruknya kondisi pengelolaan saluran drainase kota menyebabkan sebagian besar wilayah Jakarta dari permukiman, pusat bisnis sampai istana negara tergenang air, aktivitas ibukota jadi lumpuh total. Ribuan orang mengungsi dan sudah belasan orang meninggal akibat bencana banjir ini dan semoga jumlah korban jiwa ini yang terakhir.
Kondisi wilayah Banjarmasin mirip Jakarta yaitu dilalui dan terletak dimuara beberapa sungai, dan berdataran rendah. Apalagi Banjarmasin terletak di bawah permukaan laut, di daerah berawa, dipengaruhi oleh pasang surut laut sehingga rawan banjir. Jadi kita patut belajar dari bencana yang melanda ibukota agar Kota Banjarmasin tidak mengalami kejadian serupa. Langkah -langkah apa yang harus kita upayakan untuk mencegah terjadinya banjir dan antisipasi apa yang harus kita siapkan jika suatu saat terjadi banjir.
Langkah Mencegah Banjir
Edukasi Sejak Dini – Bencana banjir dapat terjadi secara alami dan dapat pula oleh aktivitas manusia yang merusak lingkungan. Rusaknya hutan dengan hilangnya vegetasi alami akibat penebangan pohon untuk lahan pertanian, industri kayu dan sebagainya menjadi salah satu penyebab terganggunya siklus hidrologi dimana air hujan langsung jatuh ke tanah mengalir di permukaan tanpa ada yang menahan.
Bencana banjir ada kaitannya dengan perilaku manusia jadi harus ada pendidikan sejak dini untuk menanamkan betapa pentingnya nilai-nilai untuk menjaga kelestarian lingkungan seperti membiasakan anak sendari kecil untuk membuang sampah pada tempatnya, menjadikan anak-anak kita menjadi penjaga pohon bukan sebagai penjagal pohon. Sudah saatnya mata pelajaran kelestarian lingkungan masuk dalam kurikulum sekolah.
Local wisdom – kembali kepada kearifan lokal urang banjar yaitu mengadopsi kembali budaya nenek moyang kita yang membangun rumah berlantai tiang tinggi (rumah berkolong tinggi). Orang tua kita dulu lebih bijak lebih mengerti bahwa mereka hidup di air (rawa), mereka menyesuaikan dengan kondisi alam bukan memaksa alam menyesuaikan dengan manusia sehingga air tetap tertampung dan dapat mengalir sampai jauh. Yang terjadi sekarang pada umumnya orang membangun rumah tanpa kolong yang tinggi, lingkungan rumah langsung diurug sehingga apabila musim hujan atau saat air pasang akan terjadi genangan/banjir.
Melindungi tampungan air alami – Wilayah Banjarmasin merupakan daerah rawa dan banyak terdapat sungai sehingga mendapat sebutan seribu sungai. Rawa dan sungai-sungai ini merupakan tempat tampungan air alami namun seiring dengan pertumbuhan permukiman di Kota Banjarmasin, lambat laun rawa dan sungai-sungai kecil mulai tertutup oleh urugan yang otomatis mengurangi luasan daerah tampungan air sehingga ketika musim hujan, diiringi air pasang ditambah drainase yang belum memadai sering terjadi genangan di beberapa ruas jalan dan wilayah permukiman. Untuk itu perlu langkah untuk melindungi daerah tampungan air alami ini yaitu pemerintah kota (pemkot) harus membebaskan lahan di lokasi daerah rawa dan sepandan sungai yang masih tersisa di wilayah Banjarmasin sebelum ada pembangunan permukiman di kawasan lahan tersebut.
Lahan rawa yang dibebaskan ini disamping untuk tampungan air alami juga dapat dijadikan alternatif untuk menambah kuota luasan ruang terbuka hijau kota yang mencapai 30% dari luas wilayah kota. Pembebasan lahan ini memang memerlukan biaya besar tapi apabila terlanjur ada permukiman di kawasan tersebut maka akan tambah lebih besar lagi dana yang dikeluarkan.
Kolam Buatan dan Penampungan Air Hujan – Konsepnya sederhana saja, seberapa besar volume air yang datang sebesar itu pula disediakan wadah tampungannya sehingga airnya tidak meluap. Jadi perlu digalakkan pembuatan kolam buatan untuk menggantikan penampungan alami yang luasnya jauh berkurang akibat permukiman. Fungsinya disamping untuk menampung air, sebagai bidang resapan air juga untuk estetika (kolam taman) sehingga dapat memperindah kota.
Setiap gedung dan rumah hendaknya juga menyediakan tempat penampungan air hujan (PAH) fungsinya untuk mengurangi sekaligus menahan tumpahan air langsung jatuh ke tanah dan dapat dijadikan air pengelontor toilet. Di negara jiran Malaysia pembuatan PAH untuk tiap rumah tangga sudah diterapkan (diperdakan). Adapun untuk pembuatan sumur resapan atau biopori hasilnya kurang maksimal karena jenis tanah di Banjarmasin adalah lempung yang mempunyai sifat sulit ditembus air.
Jadi sudah saatnya komplek permukiman, gedung pemerintah, gedung kampus, gedung sekolah, masjid dan gedung fasilitas umum lainnya dilengkapi dengan kolam buatan dan PAH, semakin banyak air yang berhasil ditampung semakin kecil potensi terjadi banjir.
Normalisasi Saluran – Sudah saatnya dimensi saluran drainase kota ditinjau kembali kapasitasnya menyesuaikan dengan kebutuhan perkembangan kota, apakah diperlukan pembuatan saluran drainase baru atau cukup menambah dimensi drainase yang sudah terbangun. Pemkot perlu melakukan pengerukan dan pembersihan saluran drainase kota dan sungai secara berkala untuk mengurangi tumpukan sedimen dan sampah yang menyumbat dan menghambat aliran air.
Dalam proses pemberian izin perumahan, Pemkot harus mensyaratkan pembuatan saluran drainase sesuai kebutuhan perkembangan permukiman artinya para pengembang real estate dalam pembangunan kawasan permukiman harus benar-benar menghitung kebutuhan dimesi saluran drainase sehingga mampu menampung air beberapa tahun kedepannya dengan kata lain tidak membangun dengan dimensi kecil atau seadanya.
Masyarakat juga harus turut pro aktif dalam menjaga agar saluran/selokan di lingkungannya tetap berfungsi dengan baik. Dengan cara tidak membuang sampah sembarangan ke badan air (selokan dan sungai) dan mengadakan gotong royong secara berkala untuk membersihkan saluran/selokan.
Paving Block – Dalam pembangunan jalan, halaman gedung dan rumah, tempat parkir hendaknya menggunakan bahan yang mudah meresapkan air seperti paving blok (batako), selama ini bahan yang digunakan adalah aspal yang sifatnya kedap air.
Air yang jatuh di atas permukaan paving blok sebagian dapat meresap ke bawah permukaan dan sebagian lagi mengalir ke saluran draninase jadi permukaan jalan atau halaman lebih cepat kering. Kota Surabaya sudah menerapkan penggunaan konsep paving blok ini. Dapat dijalin kerjasama penelitian dengan Perguruan Tinggi untuk membuat suatu design paving block yang bahannya mampu cepat meresapkan air ke bawah permukaan sehingga proses pengeringan permukaan lebih maksimal.
Kerjasama dengan daerah hulu – Aktivitas pembangunan tidak hanya terjadi di hilir tetapi juga terjadi di hulu sungai. Pembangunan di hulu sungai mengakibatkan pengurasan sumber daya alam (pembabatan hutan dan tambang). Jika tetap dibiarkan tanpa terkendali maka dapat terjadi kerusakan lingkungan yang tentunya mengakibatkan banjir yang terus dikirim ke hilir. Prof. Emil Salim pernah mengutarakan sebuah konsep mengenai perlu adanya kerjasama antara masyarakat di hilir dan di hulu sungai. Masyarakat di hilir yang pada umumnya masyarakat industri secara ekonomi lebih sejahtera, dapat memberikan insentif atau bantuan kepada masyarakat di daerah hulu yang kurang sejahtera. Sedangkan imbalannya, masyarakat hulu harus tetap menjaga kelestarian hutan. Dengan konsep ini diharapkan semua pihak diuntungkan dan pembangunan dapat dikendalikan.
Kerjasama dengan daerah hulu – Aktivitas pembangunan tidak hanya terjadi di hilir tetapi juga terjadi di hulu sungai. Pembangunan di hulu sungai mengakibatkan pengurasan sumber daya alam (pembabatan hutan dan tambang). Jika tetap dibiarkan tanpa terkendali maka dapat terjadi kerusakan lingkungan yang tentunya mengakibatkan banjir yang terus dikirim ke hilir. Prof. Emil Salim pernah mengutarakan sebuah konsep mengenai perlu adanya kerjasama antara masyarakat di hilir dan di hulu sungai. Masyarakat di hilir yang pada umumnya masyarakat industri secara ekonomi lebih sejahtera, dapat memberikan insentif atau bantuan kepada masyarakat di daerah hulu yang kurang sejahtera. Sedangkan imbalannya, masyarakat hulu harus tetap menjaga kelestarian hutan. Dengan konsep ini diharapkan semua pihak diuntungkan dan pembangunan dapat dikendalikan.
Riset/Penelitian – Dalam rangka mencegah banjir dimasa mendatang dengan melihat perkembangan Kota Banjarmasin, perubahan kondisi daerah aliran sungai, menurunnya kualitas lingkungan di daerah hulu. Apakah nantinya diperlukan pembuatan waduk, kanal, atau terowongan besar bawah kota? Semua itu dapat dijawab dengan penelitian yang dapat dilakukan oleh perguruan tinggi.
Kampanye Lingkungan Bersih – Ajakan untuk menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan terutama saluran dan sungai harus terus menerus dilakukan baik lewat media cetak (koran, majalah, papan iklan), media elektronik (radio, televisi) dan media internet (media social), kegiatan keagamaan (ceramah) dan kegiatan di sekolah dan kantor. Dengan kampanye terus menerus ini diharapkan selokan/saluran dan sungai dapat bersih bebas dari sampah.
Pemerintah Perancis melakukan kampanye tentang pengelolaan sampah sudah dilakukan sejak 1700-an M dan terus dilakukan sampai sekarang dimana teknologi terus berkembang namun tetap tergantung pada sikap manusianya. Jadi kampanye itu harus terus didengungkan sampai manusianya sadar sehingga lingkungannya benar-benar tetap terjaga bersih dan menjadikan kebersihan menjadi suatu budaya.
Langkah Antisipasi Jika Terjadi Banjir
Menentukan tempat evakuasi - Lokasi tempat evakuasi lebih terdahulu ditetapkan dan diinformasikan kepada masyarakat agar proses evakuasi lebih mudah dan cepat apabila suatu saat terjadi banjir. Kriteria untuk tempat evakuasi, elevasi tempatnya lebih tinggi dan cukup luas mampu menampung orang banyak. Kedepannya, dalam perencanaan pembangunan fasilitas publik seperti gedung olahraga, gedung pemerintahan, gedung sekolah, atau gedung publik lainnya hendaknya dirancang sedemikian rupa agar suatu saat dapat digunakan untuk menampung korban banjir. Perlu dipikirkan juga tempat dan cara dalam mengevakuasi para narapidana dan pasien rumah sakit jika penjara dan rumah sakit terendam.
Menyiapkan Tim SAR (save and rescue) – Disamping anggota Tim SAR yang sudah ada (TNI, Polri, Basarnas, Pemkot) maka dapat ditambah jumlahnya dengan para sukarelawan pemadam kebakaran yang terdapat hampir di setiap RT/RW Kota Banjarmasin. Jumlahnya cukup banyak dan mereka berpotensi untuk dijadikan Tim SAR. Selama ini mereka cakap dalam penanggulangan bencana kebakaran, sekarang kemampuan mereka dapat ditambah dengan keterampilan tanggap bencana banjir. Diharapkan dengan banyaknya tenaga SAR yang terampil maka proses evakuasi para korban banjir dapat lebih cepat dan mudah dilakukan.
Menyiapkan Tim Kesehatan dan Tenaga Dapur Umum – Banjir dapat menimbulkan penyakit (diare, gatal-gatal, flu, ispa dll) oleh karena itu perlu disiapkan posko tim kesehatan. Penyediaan tenaga kesehatan ini dapat bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Sekolah-sekolah tinggi kesehatan yang terdapat di Banjarmasin.
Untuk tenaga dapur umum ini dapat mengerahkan sukarelawan dari Palang Merah Indonesia (PMI), LSM, organisasi pemuda, kader partai, dharma wanita, mahasiswa, pramuka, pelajar dan masyarakat umum. Adanya baiknya disertakan seorang ahli gizi untuk mengontrol menu makanan yang layak dan bergizi.
Kecukupan Peralatan Evakuasi – Perahu karet, baju pelampung, tenda, tali, pompa air, peralatan masak dapur umum termasuk bahan bakar perlu dipastikan tersedia cukup jumlahnya dan dalam keadaan kondisi baik (berfungsi saat digunakan). Menentukan jumlah peralatan ini dapat melihat penanganan evakuasi banjir di Jakarta yang mencapai ribuan orang dari sini kita dapat melakukan perbandingan berapa jumlah yang kita butuhkan.
Kelancaran logistik (Makanan dan Obat-obatan) – Agar para korban banjir tidak sampai kelaparan dan sakit-sakitan harus dijamin adanya kelancaran penyaluran bantuan makanan dan obat-obatan. Jangan lupa pula disalurkan kebutuhan air bersih, selimut, kasur dan pakaian. Hal ini perlu didukung dengan ketersediaan gudang logistik dan alat transportasi yang baik. Mungkin dapat diteliti ide tentang pembuatan gudang terapung.
Jaminan Keamanan – Dengan melihat kasus banjir di Jakarta yaitu masih ada oknum-oknum yang tega melakukan pencurian dan penjarahan isi rumah dan pertokoan. Hal ini mengakibatkan sebagian korban banjir enggan untuk dievakuasi karena takut barang-barang di rumah mereka hilang dicuri. Untuk itu patroli keamanan rutin bersama antara TNI, Polri, Pol PP dan masyarakat dapat menjamin keamanan lingkungan yang terendam banjir. Dengan rasa aman maka masyarakat akan mau sukarela untuk dievakuasi.
Pelaksanaan langkah-langkah yang diuraikan di atas harus terkoordinasi dan terintegrasi didukung dengan seluruh sumber daya sehingga permasalahan banjir kedepannya dapat diantisipasi dengan baik. Menuntaskan masalah banjir adalah tugas dan tanggung jawab kita semua.
Lebih baik mencegah daripada mengobati, sedia payung sebelum hujan, Jadi mari kita semua mulai, dari saat ini, dari diri sendiri, dari yang kecil dulu yaitu membuang sampah pada tempatnya dan mulai membersihkan selokan di depan rumah kita.
Turut prihatin dan berduka cita untuk para korban bencana banjir di Jakarta dan semoga tetap diberi ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi musibah ini.
Banjarmasin, 26 Januari 2013, dikala musim hujan.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar